A. Unsur Intrinsik
1)
Tema
Tema utama dalam novel “Laskar Pelangi” ini adalah
pendidikan. Namun uniknya tema pendidikan ini diselingi oleh kisah persahabatan
yang erat antara anggota ‘Laskar Pelangi’. Tema pendidikan ini sendiri
dipadukan dengan tema ekonomi. Namun tema pendidikan lah yang lebih menonjol.
2)
Plot (alur)
a.
Pengenalan Situasi Cerita
Cerita diawali dengan dibukanya penerimaan murid baru di SD
Muhammadiyah yang ada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur,
Sumatera Selatan. Sebuah daerah yang kaya akan sumber daya alamnya yaitu
timah. Belitong merupakan daerah yang menjadi tempat penambangan timah terbesar
dan menghasilkan banyak sekali keuntungan. Meski pun begitu, kehidupan di sana
seperti terpetak-petak antara yang kaya dan yang miskin.
Pagi itu, satu demi satu calon siswa yang didampingi
oleh orang tuanya berdatangan mendaftarkan diri di sekolah yang hampir roboh
dan mungkin sudah tidak layak untuk dipakai sebagai tempat belajar-mengajar.
b.
Menuju Adanya Konflik
Dalam novel “Laskar Pelangi” ini, banyak sekali bermunculan
masalah-masalah atau konflik-konflik. Namun konflik awal yang pertama muncul
adalah saat suasana mulai tegang karena ternyata pendaftar tidak mencukupi
batas minimal siswa yang disyaratkan oleh Depdikbud Sumsel. Apabila calon siswa
yang mendaftar kurang dari sepuluh anak, maka SD Muhammadiyah harus ditutup.
c.
Puncak Konflik
Puncak konfliknya ialah setelah ditunggu hingga siang,
ternyata jumlah pendaftar tidak lebih dari sembilan orang. Jumlah ini tentu
saja belum mencukupi persyaratan Depdikbud. Hal ini tentu saja sangat
mencemaskan Pak Harfan sang kepala sekolah dan Bu Muslimah sang guru. Sampai
pada akhirnya Pak Harfan memutuskan untuk memberikan pidato sekaligus mengumumkan
bahwa penerimaan siswa baru dibatalkan.
Selanjutnya konflik-konflik lain bermunculan dari
masing-masing tokoh. Namun konflik selanjutnya yang secara garis besar
melibatkan hampir semua tokoh ialah saat akan diadakannya lomba karnaval dan
cerdas cermat antar sekolah.
d.
Penyelesaian
Sesaat hampir saja Pak Harfan
memulai pidatonya untuk memberitahuakan bahwa penerimaan siswa baru di SD
Muhammadiyah dibatalkan, seorang ibu muncul untuk mendaftarkan anaknya
(Harun) yang mengidap keterbelakangan mental. Tentu saja kedatangan Harun dan
ibunya ini memberikan napas lega kepada Pak Harfan, Bu Muslimah dan juga para
calon siswa serta orang tuanya. Harun telah menggenapi jumlah siswa untuk
menghindarkan SD Muhammadiyah dari penutupan.
Sekolah yang jika malam dipakai
sebagai kandang ternak ini akhirnya memulai kegiatan belajar-mengajar meski
dengan fasilitas yang seadanya. Tiba saatnya mengikuti karnaval antar sekolah.
Keikutsertaan SD Muhammadiyah sempat diperdebatkan karena ketidakadaan dana dan
sikap pesimistis yang muncul. Namun, Bu Muslimah bersikeras mengikutkan
murid-muridnya. Karena nilai keseniannya paling tinggi dan dianggap sebagai
murid yang kreatif, Mahar pun ditunjuk sebagai ketua untuk mengurusi persiapan
karnaval. Dengan ide cemerlang dan kreativitasnya, Mahar berhasil menggiring
teman-temannya merebut piala kemenangan.
SD Muhammadiyah kembali mengikuti
perlombaan. Kali ini adalah perlombaan cerdas cermat. Bu Muslimah, Ikal dan
kawan-kawan sempat khawatir karena tak lama perlombaan akan dimulai namun ujung
tombak tim mereka belum juga datang. Untungnya meski hampir terlambat, akhirnya
si cerdas itu pun datang (Lintang). Awalnya tim dari SD Muhammadiyah tertinggal
angka melawan SD PN dan SD Negeri. Namun pada saat memasuki soal yang berbau
angka SD Muhammadiyah mengejar ketertinggalan dan berhasil keluar sebagai
juara.
3)
Latar Cerita
a.
Latar Tempat
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah di sebuah
sekolah bernama SD Muhammadiyah yang terletak di Desa Gantung, Kabupaten
Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan. Namun, ada pula yang latarnya adalah
di rumah, pohon, gua, tepi pantai, pasar dan lain-lain tapi masih di kawasan
Belitong.
b.
Latar Waktu
Dikarenakan novel “Laskar Pelangi” ini merupakan novel yang
menceritakan kisah nyata meski ada bumbu imajinasi, maka latar waktu yang
disampaikan pun jelas yaitu terjadi pada tahun 1974.
c.
Latar Suasana
Latar suasana yang ada dalam novel ini beragam dikarenakan
konflik-konfik yang muncul juga beragam. Ada kalanya senang, sedih, hingga
cemas. Berikut beberapa penggalan kisah yang menjelaskan suasana dalam novel :
a) Suasana Sedih
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana sedih
ialah saat Ikal, teman-temannya dan Bu Muslimah berpisah dari Lintang yang
memutuskan berhenti sekolah karena harus mengurusi keluarga yang ditinggal mati
ayahnya.
b) Suasana Senang
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana
senang ialah saat tim cerdas cermat SD Muhammadiyah berhasil memenangkan
pertandingan.
c) Suasana Cemas
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan suasana cemas
ialah saat Pak Harfan, Bu Muslimah dan calon murid SD Muhammadiyah beserta
orang tuanya menunggu untuk menggenapkan calon siswa yang mendaftar agar
sekolah tidak ditutup.
4)
Penokohan
Tokoh-tokoh yang berperan dalam novel ‘Laskar Pelangi’
antara lain :
a.
Ikal
Ikal atau yang di dalam novel ini berperan sebagai ‘aku’
merupakan tokoh utama. Ikal adalah salah seorang anggota ‘Laskar Pelangi’. Di
sekolah ia termasuk murid yang lumayan pandai, namun kepandaiannya masih di
bawah dari temannya yaitu Lintang. Ia selalu berada di peringkat kedua di
sekolah setelah Lintang. Ikal termasuk orang yang tidak mudah putus asa, selalu
bersemangat melakukan hal yang ia sukai dan tegar. Ikal begitu menyukai dunia
sastra terutama puisi. Dalam novel ini, Ikal diceritakan menyukai seorang gadis
keturunan Tionghoa bernama A Ling. Ia sering sekali mengirimkan puisi tentang
luapan perasaannya kepada A Ling.
b.
Taprani
Taprani merupakan sosok yang tampan, rapi, perfeksionis,
lumayan pintar, bicara seperlunya (pendiam), santun, sangat berbakti kepada
orang tua dan manja. Ia bercita-cita menjadi guru di daerah terpencil untuk
memajukan pendidikan orang melayu pedalaman. Taprani selalu diperhatikan
ibunya. Apa pun yang akan dilakukannya harus selalu diketahui ibunya. Ia sangat
tergantung pada ibunya.
c.
Sahara
Sahara merupakan satu-satunya murid perempuan yang
bersekolah di SD Muhammadiyah. Tubuhnya ramping dan selalu berjilbab rapi. Di
sekolah ia termasuk murid yang pintar. Meski pun ia adalah sosok yang
perhatian, namun ia termasuk tipe orang yang temperamental, ketus, skeptis,
susah diyakinkan dan tidak mudah terkesan. Sahara Sangat menjujung tinggi nilai
kejujuran. Ia paling tidak suka berbohong. Dalam novel ini dicritakan bahwa ia
bertengkar dengan A Kiong yang tidak pernah sependapat atau satu pemikiran
dengannya.
d.
A Kiong
A Kiong adalah satu-satunya murid keturunan Tionghoa yang
bersekolah di SD Muhammadiyah. Sifatnya begitu polos dan selalu mempercayai apa
yang dikatakan Mahar. Ia selalu menjadi pendukung sekaligus pengikut setia
Mahar. A Kiong memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan suka menolong. Ia
sering kali bertengkar dengan Sahara.
e.
Harun
Harun yang sudah mulai memasuki jenjang pendidikan Sekolah
Dasar pada usia lima belas tahun ini mengidap keterbelakangan mental. Sifatnya
santun, pendiam, dan murah senyum. Laki-laki yang memiliki model rambut seperti
Chairil Anwar ini hobi sekali mengunyah permen asam jawa. Ia pun selalu
berpakaian rapi. Di kelas, ia sama sekali tidak bisa menangkap pelajaran
membaca atau pun menulis. Ia pun sering kali bercerita tentang kucing belang
tiganya yang melahirkan tiga anak yang juga bebelang tiga secara
berulang-ulang.
f.
Borek
Borek memilki tubuh yang tinggi tinggi dan besar. Ia sangat
terobsesi dengan body building dan
tergila-gila dengan citra cowok macho.
g.
Syahdan
Karakter Syahdan tidak begitu menonjol dalam novel ini. Ia
adalah salah satu anggota ‘Laskar Pelangi’ yang selalu setia menemani Ikal
membeli kapur tulis di took Sinar Harapan milik orang tua A Ling. Syahdan
merupakan saksi cinta pertama Ikal kepada A Ling. Ia memiliki cita-cita sebagai
aktor.
h.
Kucai
Kucai adalah salah satu anggota ‘Laskar Pelangi’ yang
diamanahi sebagai ketua kelas. Ia sempat frustrasi ketika menjadi ketua kelas
karena kesulitan dalam mengatur teman-temannya. Meski begitu, laki-laki yang
menderita rabun jauh ini selalu terpilih menjadi ketua kelas dan pada akhirnya
ia menerima keputusan itu. Anak yang banyak bicara dan susah diatur ini
berbakat menjadi seorang politikus.
i.
Lintang
Lintang merupakan anak yang paling jenius dan gigih di
antara teman-temannya. Meski pun jarak rumahnya dari sekolah sangat jauh (80
km), ia tetap semangat untuk pergi ke sekolah dan menjadi anak yang paling pagi
datang. Setiap berangkat sekolah, ia harus melalui jalan yang merupakan tempat
buaya tinggal. Ayahnya adalah seorang nelayan miskin yang bertanggung jawab
menafkahi empat belas nyawa yang tinggal di rumahnya. Di sekolah, Lintang
begitu serius belajar dan aktif. Otaknya yang jenius dan cermat membawa tim SD
Muhammadiyah menjadi pemenang dalam lomba cerdas cermat. Lintang sangat suka
membaca dan mempelajari berbagai ilmu penngetahuan. Lintang pun tak segan
membagi ilmunya kepada teman-temannya. Idenya sangat kreatif. Lucunya,
kelihaiannya dalam berpikir tidak dibarengi dengan tulisan tangan yang indah.
j.
Mahar
Mahar memiliki bakat dalam bidang seni, baik itu menyanyi,
melukis, seni rupa dan lain sebagainya. Pemikirannya imajinatif dan kreatif. Anak
tampan ini termasuk orang yang menggemari dongeng-dongeng yang tak masuk akal
(mungkin karena ia terlalu imajinatif). Mahar sering kali diejek dan
ditertawakan teman-temannya karena pemikirannya dianggap aneh.
k.
Bu Muslimah
Wanita bernama lengkap N.A. Muslimah Hafsari ini adalah guru
di SD Muhammadiyah. Ia sangat gigih dalam mengajar meski pun gajinya belum
dibayar. Ia sangat berdedikasi terhadap dunia pendidikan dan dengan segenap
jiwa mengajar murid-murid di SD Muhammadiyah. Wanita cantik yang menyukai bunga
ini memiliki pendirian yang progresif dan terbuka terhadap ide-ide baru. Ia
termasuk orang yang sabar dan baik hati.
l.
Pak Harfan
Pria bernama lengkap K.A Harfan Efendy Noor ini menjabat
sebagai kepala SD Muhammadiyah. Bersama Bu Muslimah, ia tetap mempertahankan
sekolah yang hamper ditutup karena kekurangan siswa. Pak Harfan juga memiliki
dedikasi tinggi terhadap pendidikan.
m.
A Ling
Gadis keturunan Tiongoa ini merupakan cinta pertama Ikal. Ia
memiliki tubuh yang ramping dan tinggi. Anak dari pemilik toko Sinar Harapan
ini ternyata juga menyukai Ikal. Namun sayangnya ia pindah ke Jakarta.
n.
Flo
Ia merupakan murid pindahan dari sekolah PN. Gadis tomboi
yang berasal dari keluarga kaya ini merupakan tokoh terakhir yang muncul
sebagai anggota ‘Laskar Pelangi’.
5)
Sudut Pandang yang Digunakan
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut
pandang orang pertama pelaku utama karena dalam penceritaan novel penulis
menggunakan kata ‘aku’. Tokoh ‘aku’ dalam novel ini diceritakan paling dominan
sehingga si tokoh ‘aku’ dapat dikatakan sebagai tokoh atau pelaku utama.
6)
Amanat
Banyak sekali amanat yang terkandung dalam novel “Laskar
Pelangi” ini. Diantaranya adalah :
1. Jangan mudah menyerah oleh keadaan
(jangan putus asa)
Keadaan boleh saja serba kekurangan, namun kekurangan
janganlah menjadi alasan untuk tidak berusaha. Justru jadikanlah kekurangan itu
sebagai motivasi untuk bisa menutupinya. Dalam novel ini diceritakan tentang
kehidupan pendidikan yang keadaannya serba minim. Namun, tokoh-tokoh di
dalamnya tidak menyerah dengan keadaan seperti itu. Mereka tetap bersemangat
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kemiskinan bukan alasan untuk tidak
belajar.
2. Jauhi sifat pesimis
Saat menengadahkan perasaan kepada orang-orang yang ada di
atas kita, bukan berarti kita harus merasa kecil dan lemah di hadapan mereka.
Kita ada di bawah, bukan berarti kita tidak bisa seperti orang yang ada di
atas. Menengadahkan perasaan ke atas mestinya dijadikan cambuk semangat untuk
bisa seperti orang itu atau bahkan bisa lebih baik lagi. Contonya pada novel
ini yang menceritakan sebuah sekolah kampung (SD Muhammadiyah) biasa yang
selalu optimis untuk bisa lebih baik dari sekolah yang dari awal memang sudah
baik (SD PN).
3. Sebagai guru haruslah dengan ikhlas
mengajar dan berdedikasi tinggi terhadap pendidikan.
Dalam novel ini diceritakan seorang guru yang begitu tinggi
dedikasinya terhadap pendidikan. Guru diibaratkan kompas yang menunjukkan
kemana murid-muridnya akan pergi. Bu Muslimah merupakan sosok yang menjadi guru
teladan yang dengan segenap kemampuannya berjuang untuk memajukan pendidikan di
sebuah kampug kecil.
Selain
unsur intrinsik, dalam novel “Laskar Pelangi” ini amat kental dengan pengaruh
unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik yang ada dalam novel tidak lepas dari latar
belakang kehidupan pengarang entah itu dari segi budaya yang dipegang,
kepercayaan, lingkungan tempat tinggal dan lain sebagainya. Ada pun beberapa
unsur ekstrinsik yang dibahas antara lain :
1.
Latar Belakang Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal pengarang mempengaruhi psikologi
penulisan novel. Apalagi novel “Laskar Pelangi” merupakan adaptasi dari cerita
nyata yang dialami oleh pengarang langsung. Letak tempat tinggal pengarang yang
jauh berada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera
Selatan ternyata benar-benar dijadikannya latar tempat bagi penulisan novelnya.
2.
Latar Belakang Sosial dan Budaya
Pada novel ini banyak sekali unsur-unsur sosial dan budaya
masyarakat yang bertempat tinggal di Belitong. Adanya perbedaan status antara
komunitas buruh tambang dan komunitas pengusaha yang dibatasi oleh tembok
tinggi merupakan latar belakang sosial. Dimana interaksi antara kedua komunitas
ini memang ada dan saling ketergantungan. Komunitas buruh tambang memerlukan
uang untuk melanjutkan kehidupan, sedang komunitas pengusaha memerlukan tenaga
para buruh tambang untuk menjalankan usaha mereka.
3.
Latar Belakang Religi (agama)
Latar belakang religi atau agama si pengarang sangat
terlihat seperti pantulan cermin dalam novel “Laskar Pelangi” ini. Nuansa
keislamannya begitu kental. Dalam beberapa penggalan cerita, pengarang sering
kali menyelipkan pelajaran-pelajaran mengenai keislaman.
4.
Latar Belakang Ekonomi
Sebagian masyarakat Belitong mengabdikan dirinya pada
perusahaan-perusahaan timah. Digambarkan dalam novel bahwa Belitong adalah
pulau yang kaya akan sumber daya alam. Namun tidak semua masyarakat Belitong
bisa menikmati hasil bumi itu. PN memonopoli hasil produksi, sementara
masyarakat termarginalkan di tanah mereka sendiri. Latar belakang ekonomi dalam
novel ini diambil dari kacamata masyarakat belitong kebanyakan yang tingkat
ekonominya masih rendah. Padahal sumber daya alamnya tinggi.
5.
Latar Belakang Pendidikan
Dalam novel ini terkandung banyak sekali nilai-nilai edukasi yang disampaikan pengarang. Pengarang tidak hanya bercerita, tapi juga menyajikan berbagai ilmu pengetahuan yang diselipkan di antara ceritanya. Begitu banyak cabang ilmu pengetahuan yang diselipkan antara lain seperti sains (fisika, kimia, biologi, astronomi). Pengarang gemar sekali memasukkan istilah-istilah asing ilmu pengetahuan yang tertuang dalam cerita. Ini menandakan bahwa pengarangnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
Dalam novel ini terkandung banyak sekali nilai-nilai edukasi yang disampaikan pengarang. Pengarang tidak hanya bercerita, tapi juga menyajikan berbagai ilmu pengetahuan yang diselipkan di antara ceritanya. Begitu banyak cabang ilmu pengetahuan yang diselipkan antara lain seperti sains (fisika, kimia, biologi, astronomi). Pengarang gemar sekali memasukkan istilah-istilah asing ilmu pengetahuan yang tertuang dalam cerita. Ini menandakan bahwa pengarangnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar